Pada umumnya
keluhan sakit pinggang erat hubungannya dengan susunan dan fungsi tulang
belakang. Tulang belakang tersusun oleh beberapa ruas yang membentuk kesatuan
fungsi sehingga dapat melakukan gerakan-gerakan yang diinginkan, seperti:
berdiri, duduk, jongkok, membungkuk, memutar, atau miring. Deretan tulang
belakang tersebut membentuk lengkungan ke depan pada daerah leher dan pinggang,
dan lengkungan ke belakang pada daerah dada dan pinggul. Di antara tulang
belakang yang satu dengan yang lainnya terdapat persendian sehingga
memungkinkan gerakan berputar ke kanan dan ke kiri.
Di antara bagian-bagian dari unit fungsional tersebut, semuanya mempunyai persarafan yang dapat mengantar rangsangan nyeri. Segala proses yang menyebabkan tarikan, robekan, atau tekanan pada bagian tersebut akan menimbulkan nyeri pinggang. Demikian pula adanya proses peradangan pada bagian-bagian tersebut, dapat menimbulkan gejala sakit pinggang. Nyeri dan kaku pada pinggang pada pagi hari yang dirasakan selama bertahun-tahun lama kelamaan akan merambat ke atas tulang belakang yang dapat pula berakibat punggung menjadi lebih kaku dan punggung menjadi bungkuk.
Penyebab sakit pinggang antara lain:
1.
adanya gangguan mekanik pada struktur dan kesatuan
fungsi tulang belakang;
2.
gerak atau sikap badan yang salah saat membungkuk dan
mengangkat beban atau barang;
3.
pemakaian sepatu dengan tumit tinggi, karena dalam
keadaan normal tulang belakang daerah pinggang mempunyai lengkungan ke depan.
Bila lengkungan ke depan tersebut berlebihan, akan menimbulkan gejala sakit
pinggang;
4.
tidur dengan alas/dasar yang terlalu lentur sehingga
membuat tulang belakang mengikuti lenturan alas yang ditiduri;
5.
kurang berolahraga sehingga menyebabkan kelenturan
sendi-sendi dan jaringan ikut menurun, sehingga otot mudah cedera karena
gerakan yang saderhana, seperti: mengangkat, mendorong, atau membungkuk.
Sakit pinggang dapat juga disebabkan oleh pengaruh
suatu penyakit, seperti gangguan ginjal, penyakit jantung, kanker, penyakit
tulang, atau gangguan metabolik. Sakit pinggang yang disebabkan oleh penyakit
ginjal biasannya karena adanya kelainan pada air kemih. Kelainan tersebut
berupa darah dalam air kemih karena kerusakan dinding saluran ginjal akibat
luka yang ditimbulkan oleh batu ginjal.
Untuk mengurangi rasa nyeri dan untuk mencegah akibat yang lebih parah dari sakit pinggang, dianjurkan penderita melakukan gerak tubuh. Perhatikan sikap tubuh agar terhindar dari kondisi tubuh yang bungkuk atau lakukan aktivitas berbaring datar atau membungkuk-bungkuk sebentar secara teratur. Hendaknya mengupayakan juga keseimbangan antara istirahat dan kegiatan fisik. Aktivitas harus diperhatikan, tubuh harus mendapat istirahat yang cukup, hal ini mencakup pola hidup yang sehat, termasuk pola makan sehat, pola nilai sehat, dan pola pikir sehat.
Cara alamiah yang dapat digunakan untuk mengatasi sakit pinggang yaitu :
Untuk mengurangi rasa nyeri dan untuk mencegah akibat yang lebih parah dari sakit pinggang, dianjurkan penderita melakukan gerak tubuh. Perhatikan sikap tubuh agar terhindar dari kondisi tubuh yang bungkuk atau lakukan aktivitas berbaring datar atau membungkuk-bungkuk sebentar secara teratur. Hendaknya mengupayakan juga keseimbangan antara istirahat dan kegiatan fisik. Aktivitas harus diperhatikan, tubuh harus mendapat istirahat yang cukup, hal ini mencakup pola hidup yang sehat, termasuk pola makan sehat, pola nilai sehat, dan pola pikir sehat.
Cara alamiah yang dapat digunakan untuk mengatasi sakit pinggang yaitu :
1.
25 gram jahe merah segar + 25 gram temu hitam segar +
30 gram akar sawi langit segar + 30 gram daun dewa segar direbus dengan 600 cc
air hingga tersisa 300 cc, airnya disaring, diminum hangat-hangat. Lakukan
secara teratur.
2.
30 gram daun dewa segar + 30 gram temu lawak segar +
25 gram daun hia/baru china segar direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200
cc, airnya disaring, diminum hangat-hangat. Lakukan secara teratur.
3.
10 butir angco + 1 - 3 buah sun boi/kiam boi + 15 gram
akar bawang merah segar + 25 gram jahe merah segar direbus dengan 600 cc air
hingga tersisa 300 cc, airnya disaring, diminum hangat-hangat. Lakukan secara
teratur.
4.
100 gram buah takokak + 30 gram rambut jagung + 20
gram jahe merah segar + 10 gram adas direbus dengan 600 cc air hingga tersisa
300 cc, airnya disaring, lalu diminum hangat-hangat. Lakukan secara teratur.
5.
Cabai rawit (dibuang tangkainya) + jahe (diiris-iris)
masing-masing secukupnya direndam dengan alkohol 75% secukupnya selama 14 hari.
Setelah itu air rendaman tersebut dioleskan pada pinggang yang terasa sakit.
Lakukan secara teratur.
6.
120 gram jahe merah + 150 gram bawang putih + bubuk
cabai secukupnya direndam dengan alkohol 75% secukupnya selama 14 hari. Setelah
itu air rendaman tersebut dioleskan pada bagian yang sakit. Lakukan secara
teratur.
7.
Moxa dinyalakan/dibakar lalu didekatkan pada bagian
yang sakit dengan jarak dekat sekitar 2,5 cm selama 10 - 15 menit. Jika terlalu
panas, jaraknya agak dijauhkan. Lakukan secara teratur.
SUMBER LAIN MENGATAKAN:
Pemeriksaan dari belakang, yang penting dilihat dari belakang :
Bercak di kulit, cafe au lait
Benjolan digaris tengah, meningocele, meningomyocele.
Deformitas dari lengkungan fisiologis atau patologis, hump, apakah struktural atau fungsional
Perbedaan panjang anggota bawah : pelvic obliquity atau leg discrepancy
Tenderness (nyeri tekan)
Pergerakan :
Fleksi : posisi anggota atas sejajar anggota bawah, diukur jarak ujung jari tangan dari lantai.
Ekstensi : dilihat sampai berapa jauh dapat dikerjakan tanpa merubah posisi panggul.
Lateral bending : dengan fiksasi panggul, gerak miring ke kanan dan kiri sekaligus melihat skin crease yang menuju ke garis tengah yang merupakan apeks dari lengkungan scoliosis.
Rotasi : kedua kaki jarak melebar dan dengan fiksasi panggul, kedua tangan bertolak pinggang mengadakan gerak rotasi ke kanan dan kiri. Dalam keadaan dimana terdapat sciatica disertai kelemahan dari gastrocnemius, penderitan diminta jinjit, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan reflex patologis dan fisiologi, Range of Motion ( ROM ), Manual Muscle Tes (MMT). Periksa apa ada gangguan dermogen sensoris, sekaligus diraba denyut nadi untuk mencari kemungkinan gangguan vaskuler seperti pada penyakit Burger.
Pemeriksaan lebih lanjut baik laboratorium, pencitraan (imaging) maupun pemeriksaan electro diagnosis ditentukan dari hasil pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diambil kesimpulan. Apakah keluhan yang menyebabkan LBP itu adalah akibat dari gangguan visceral, muskuloskeletal atau neurologis. Dengan demikian dapat lebih terarah pilihan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan yang paling sederhana dan murah untuk membuat diagnosis serta program terapi, baik secara medic, pembedahan maupun modalitas terapi fisik.
Pada umumnya yang dimaksud dengan LBP adalah akibat gangguan system neuromuskuloskeletal, sehingga tinggal dipikirkan kemungkinan yang menyebabkan gangguan system tersebut.
Penderita datang dengan keluhan :
Sakit pinggang sesudah trauma
Deformitas
Kelemahan anggota bawah
Maka pemeriksaan fisik bisa jadi lebih sederhana.
Bercak di kulit, cafe au lait
Benjolan digaris tengah, meningocele, meningomyocele.
Deformitas dari lengkungan fisiologis atau patologis, hump, apakah struktural atau fungsional
Perbedaan panjang anggota bawah : pelvic obliquity atau leg discrepancy
Tenderness (nyeri tekan)
Pergerakan :
Fleksi : posisi anggota atas sejajar anggota bawah, diukur jarak ujung jari tangan dari lantai.
Ekstensi : dilihat sampai berapa jauh dapat dikerjakan tanpa merubah posisi panggul.
Lateral bending : dengan fiksasi panggul, gerak miring ke kanan dan kiri sekaligus melihat skin crease yang menuju ke garis tengah yang merupakan apeks dari lengkungan scoliosis.
Rotasi : kedua kaki jarak melebar dan dengan fiksasi panggul, kedua tangan bertolak pinggang mengadakan gerak rotasi ke kanan dan kiri. Dalam keadaan dimana terdapat sciatica disertai kelemahan dari gastrocnemius, penderitan diminta jinjit, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan reflex patologis dan fisiologi, Range of Motion ( ROM ), Manual Muscle Tes (MMT). Periksa apa ada gangguan dermogen sensoris, sekaligus diraba denyut nadi untuk mencari kemungkinan gangguan vaskuler seperti pada penyakit Burger.
Pemeriksaan lebih lanjut baik laboratorium, pencitraan (imaging) maupun pemeriksaan electro diagnosis ditentukan dari hasil pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diambil kesimpulan. Apakah keluhan yang menyebabkan LBP itu adalah akibat dari gangguan visceral, muskuloskeletal atau neurologis. Dengan demikian dapat lebih terarah pilihan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan yang paling sederhana dan murah untuk membuat diagnosis serta program terapi, baik secara medic, pembedahan maupun modalitas terapi fisik.
Pada umumnya yang dimaksud dengan LBP adalah akibat gangguan system neuromuskuloskeletal, sehingga tinggal dipikirkan kemungkinan yang menyebabkan gangguan system tersebut.
Penderita datang dengan keluhan :
Sakit pinggang sesudah trauma
Deformitas
Kelemahan anggota bawah
Maka pemeriksaan fisik bisa jadi lebih sederhana.
Ø Pada anak-anak
keluhan LBP kemungkinan terbesar adalah akibat infeksi dan tbc merupakan
penyebab utamanya.
Ø Pada dewasa
muda, kebanyakan akibat trauma yang menimbulkan HNP, fraktur atau infeksi.
Ø Pada orang tua,
penyebabnya adalah akibat dari penyakit degenerasi dan atau trauma ringan yang
menyebabkan fraktur patologis akibat osteoporosis.
Yang perlu diketahui apakah LBP disertai gangguan saraf (neurological deficit), sehingga sebaiknya disamping pemeriksaan penunjang disertai pemeriksaan neurodiagnostic, karena gangguan saraf yang kompresif, perlu dilakukan tindakan bedah, demikian pula pada trauma dinilai apakah tulang belakang stabil atau tidak.
SPONDYLITIS
Spondylitis yang disebabkan oleh karena tbc masih merupakan penyebab utama. Pada spondylitis perlu dilakukan pemeriksaan kemungkinan apakah masih terdapat penyakit sistemik aktif, dengan melihat apakah masih terdpaat gambaran KP ( Koch Pulmo ). Dari pengalaman , 50 % kasus spondylitis tidak lagi menunjukkan KP positif. Tergantung dari aktif-tidaknya penyakit serta berapa banyak korpus vertebra yang terkena, deformitas yang timbul, ada atau tidak gangguan saraf (Pott’s Paraplegi), early atau late.maka dapat ditentukan apakah cukup tindakan konservatif atau harus dilakukan tindakan operatif. Yang jelas baik konservatif maupun operatif diperlukan ortosis untuk memberikan “istirahat” pada daerah yang terkena agar mendapatkan kesempatan sembuh.
FRAKTUR / FRAKTUR DISLOKASI
Fraktur vertebra dapat sebagai akibat trauma langsung atau tidak langsung. Fraktur ini menimbulkan fraktur kompressi, burst atau disertai dislokasi, dapat diketahui apakah fraktur stabil atau tidak. Apabila tidak stabil, perlu dilakukan tindakan stabilisasi dengan pemberian ortosis atau pembedahan.
Spondylolysis atau spondylolisthesis biasanya terdapat pada lumbal bawah L4 – L5 atau L5 – S1.
Yang penting diketahui apakah terdapat gangguan neurologis baik komplit maupun inkomplit, progresif atau tidak. Trauma ringan pada tulang yang osteoporosis dapat menimbulkan kompresi korpus vertebra pada satu atau lebih. Yang pasti tindakannya adalah konservatif dengan bantuan ortosis dan medikasi kecuali degenerasi diskus HNP dengan gangguan kompresi saraf. Perlu diingat kemungkinan malignancy seperti multiple myeloma.
DEGENERASI
Penyakit degenerasi bisa primer, bisa sekunder. Walaupun demikian apapu sebabnya, baik primer maupun sekunder, tindakannya adalah konservatif kecuali bila cara ini gagal. Misalnya degenerasi diskus yang mengakibatkan penyempitan jarak antar kedua vertebra dan menimbulkan gangguan jalannya saraf.
TERAPI
Terapi medic ditujukan untuk mengurangi sakit dengan pemberian analgetik atau NSAID dan antibiotik atau OAT ( Obat Anti Tuberkulosis ). Pada gangguan saraf perlu diberi neurotropic drugs terutama Vit. B1, B6, B12
Yang perlu diketahui apakah LBP disertai gangguan saraf (neurological deficit), sehingga sebaiknya disamping pemeriksaan penunjang disertai pemeriksaan neurodiagnostic, karena gangguan saraf yang kompresif, perlu dilakukan tindakan bedah, demikian pula pada trauma dinilai apakah tulang belakang stabil atau tidak.
SPONDYLITIS
Spondylitis yang disebabkan oleh karena tbc masih merupakan penyebab utama. Pada spondylitis perlu dilakukan pemeriksaan kemungkinan apakah masih terdapat penyakit sistemik aktif, dengan melihat apakah masih terdpaat gambaran KP ( Koch Pulmo ). Dari pengalaman , 50 % kasus spondylitis tidak lagi menunjukkan KP positif. Tergantung dari aktif-tidaknya penyakit serta berapa banyak korpus vertebra yang terkena, deformitas yang timbul, ada atau tidak gangguan saraf (Pott’s Paraplegi), early atau late.maka dapat ditentukan apakah cukup tindakan konservatif atau harus dilakukan tindakan operatif. Yang jelas baik konservatif maupun operatif diperlukan ortosis untuk memberikan “istirahat” pada daerah yang terkena agar mendapatkan kesempatan sembuh.
FRAKTUR / FRAKTUR DISLOKASI
Fraktur vertebra dapat sebagai akibat trauma langsung atau tidak langsung. Fraktur ini menimbulkan fraktur kompressi, burst atau disertai dislokasi, dapat diketahui apakah fraktur stabil atau tidak. Apabila tidak stabil, perlu dilakukan tindakan stabilisasi dengan pemberian ortosis atau pembedahan.
Spondylolysis atau spondylolisthesis biasanya terdapat pada lumbal bawah L4 – L5 atau L5 – S1.
Yang penting diketahui apakah terdapat gangguan neurologis baik komplit maupun inkomplit, progresif atau tidak. Trauma ringan pada tulang yang osteoporosis dapat menimbulkan kompresi korpus vertebra pada satu atau lebih. Yang pasti tindakannya adalah konservatif dengan bantuan ortosis dan medikasi kecuali degenerasi diskus HNP dengan gangguan kompresi saraf. Perlu diingat kemungkinan malignancy seperti multiple myeloma.
DEGENERASI
Penyakit degenerasi bisa primer, bisa sekunder. Walaupun demikian apapu sebabnya, baik primer maupun sekunder, tindakannya adalah konservatif kecuali bila cara ini gagal. Misalnya degenerasi diskus yang mengakibatkan penyempitan jarak antar kedua vertebra dan menimbulkan gangguan jalannya saraf.
TERAPI
Terapi medic ditujukan untuk mengurangi sakit dengan pemberian analgetik atau NSAID dan antibiotik atau OAT ( Obat Anti Tuberkulosis ). Pada gangguan saraf perlu diberi neurotropic drugs terutama Vit. B1, B6, B12
Terapi Modalitas :
Pemanasan menggunakan SWD, MWD
Stimulasi elektrik dengan TENS
Istirahat kemudian secara gradual exercise sesuai toleransi dengan tujuan memperkuat otot tubuh.
Bracing merupakan support agar dapat menopang sehingga pergerakan tulang belakang yang menimbulkan nyeri dapat dikurangi terutama pada keadaan unstabilitas skeletal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar